Sabtu, 17 Maret 2012

Masalah khutbah jum'at bikin ribut


  1. Masalah khutbah

Latar belakang masalah
  1. Diantara dua khutbah ada yang bacaan sholawatnya
اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَزِدْ وَانْعَمْ وَتَفَضَّلْ إلخ
  1. Ada khotib yang mengakhiri khutbah dengan mengucap salam
  2. Ada khotib yang khutbahya diantara salah satu rukun –rukun khutbah diselangi dengan mau'idoh yang sangat panjang
Soal:
  1. Bacaan sholawat tersebut berakibat memutus runtutan   قَطْْعُ اْلُموَالاَةِ )) atau tidak? Sebab agak panjang.
  2. Bagaimana hukumnya mengakhiri khutbah dengan mengucap salam?
  3. Berapa ukuran lamanya perkara yang dapat membatalkan runtutan rukun-rukun khutbah?  مُوَالاَةٌ بَيْنَ أَرْكَانِ الْخُطْبَتَيْنِ ))

Jawab:
  1. Bacaan secara normal atau wajar tidak memutus runtutan مُوَالاَةٌ )  )
  2. Tidak sunnah
  3. Kira-kira melakukan sholat dua roka'at dengan singkat (dengan melakukan rukun-rukunnya saja)
Referensi:
Ianatut tholibin juz 2 hal 70
Hawasyil madaniah juz 2 hal 64

وَوَلَاءٌ بَيْنَهُمَا وَبَيْنَ أَرْكَانِهِمَا وَبَيْنَهُمَا وَبَيْنَ الصَّلاَةِ بِأَنْ لاَ  يُفَصِّلَ طَوِيْلاً عُرْفًا وَسَيَأْتِى أَنَّ اخْتِلاَلَ اْلمُوَالاَةِ بَيْنَ اْلمَجْمُوْعَتَيْنِ بِفِعْلِ رَكْعَتَيْنِ بَلْ بِأَقَلَّ مُجْزِئٍ فَلاَ يَبْعُدُ الضَّبْطُ بِهذَا هُنَّا وَيَكُوْنُ بَيَانًا لِلْعُرْفِ
( قوله بِأَنْ يُفْصِّلَ) أَىْ الْخَطِيْبُ إِلَى أَنْ قَالَ .......وَلاَبُدَّ أَنْ يَكُوْنَ لاَ تُعَلُّقَ لَهُ بِالخُطْبَةِ فَإِنْ فَصَّلَ بَِمَا لَهُ تَعَلُّقٌ بِهَا لَمْ يَضُرَّ فَلاَ يَقْطَعُ الْمُوَالاَةَ الوَعْظُ وَإِنْ طَالَ
( والموالاة بينهما ) أى بَيْنَ كَلِمَاتِ كُلٍّ مِنً الْخُطْبَتَيْنِ (وَبَيْنَهُمَا وَبَيْنَ الصَّلاَةِ) لِلْإِتِّبَاعِ ( قوله والولاء ) الَّذِى يَحِلُّ بِهِ هَذَا مِقْدَارَ رَكْعَتَيْنِ بِأَقَلَّ مُجْزِئٍ وَمَا دُوْنَهُ لاَ يُخِلُ بِالْوَلَاءِ
Dan runtut antara dua khutbah, antara dua rukun khutbah, dan antara keduanya dan antara shalat, yaitu sekiranya khotib tidak memisah antara keduanya dalam waktu yang lama menurut ‘urf (adat). Dan akan datang keterangan bahwa perkara yang merusak muwalah (runtut) antara keduanya adalah dengan mengerjakan dua rakaat bahkan dengan hal yang lebih sedikit akan tetapi sudah mencukupi dua rakaat (yang menjadikan sah dua rakaat tadi, yaitu hanya mengerjakan rukun-rukunnya saja). Maka batasan memisah yang dituturkan disini adalah menjelaskan terhadap ‘urf (adat) tadi.
Ucapan pengarang yang berupa (بِأَنْ لاَ  يُفَصِّلَ) yang dimaksud adalah si khatib…hingga beliau berkata: Maka harus bagi si khatib agar tidak ada hubungan baginya dengan khutbah yang ia bacakan, apabila si khatib memisah antara dua khutbah dengan sesuatu yang ada hubungannya dengan khutbah maka tidak apa-apa, maka hal tersebut (al-wa’dzu/nasehat) tidak memutus muwalah (runtut) meskipun nasehat tersebut panjang.
Ucapan pengarang yang berupa ( والموالاة بينهما ) yang dimaksud adalah runtut antara masing-masing kalimat dari dua khutbah tadi. (وَبَيْنَهُمَا وَبَيْنَ الصَّلاَةِ) karena ittiba’ (mengikut Rasulullah r). ( قوله والولاء ) yaitu perkara yang memisah yang ukuran masanya kurang dari mengerjakan dua rakaat dengan hal yang lebih sedikit akan tetapi sudah mencukupi dua rakaat (yang menjadikan sah dua rakaat tadi, yaitu hanya mengerjakan rukun-rukunnya saja) atau kurang dari itu maka tidak merusak muwalah (runtut khutbah).
Syarah bafadhol juz 2 hal 65
وَأَنْ يُسَلِّمَ الْخَطِيْبُ عَلَى الْحَاضِرِيْنَ عِنْدَ دُخُوْلِهِ الْمَسْجِدَ لِإِقْبَالِهِ عَلَيْهِمْ, وَلاَ يُسَنُّ لَهُ فِعْلُ التَّحِيَّةِ وَأَنْ يُسَلِّمَ ثَانِيًا عَلَى مَنْ عِنْدَ الْمِنْبَرِ قَرُبَ وُصُوْلُهُ وَإِرَادَةُ طُلُوْعِهِ لِلْإِتِّبَاعِ وَأَنْ يُسَلِّمَ ثَالِثًا إِذَا أَقْبَلَ عَلَيْهِمْ لِلْإِتِّبَاعِ أَيْضًا.
Dan khatib hendaknya mengucapkan salam kepada orang-orang yang hadir ketika dia masuk masjid, karena dia menghadap kepada mereka. Dan tidak disunahkan baginya melakukan shalat tahiyyatul masjid, dan dia hendaknya mengucapkan salam untuk keduakalinya kepada orang yang ada di dekat mimbars se sampainya disitu danmenghendaki naik mimbar, karena ittiba’ (mengikut Rasulullah r), dan hendaknya mengucapkan salam untuk ke tiga kalinya tatkala dia menghadap kepada mereka karena ittiba’ (mengikut Rasulullah r) lagi.
Busyrol karim juz 2 hal 8
وَأَنْ يُسَلِّمَ الْخَطِيْبُ عِنْدَ دُخُوْلِهِ الْمَسْجِدَ عَلَى أَهْلِ كُلِّ صَفٍّ لَكِنَّهُ عَلَى مَنْ عِنْدَ دُخُوْلِهِ وَمَنْ عِنْدَ طُلُوْعِهِ الْمِنْبَرَ آكِدٌ, وَلاَ تُنْدَبُ لَهُ التَّحِيَّةُ إِنْ قَصَدَ الْمِنْبَرَ مِنْ حَالِ دُخُوْلِهِ وَإِلاَّ نُدِبَتْ وَأَنْ يُسَلِّمَ أَيْضًا إِذَا أَقْبَلَ عَلَيْهِمْ بَعْدَ صُعُوْدِهِ الدَّرَجَةَ الَّتِى تَلِى الْمُسْتَرَاحَ لِأَنَّهُ اِسْتَدْبَرَهُمْ فِى صُعُوْدِهِ فَكَأَنَّهُ فَارَقَهُمْ.
Dan khatib hendaknya mengucapkan salam tatkala ia memasuki masjid kepada setiap orang yang berbaris di masing-masing saf (barisan dalam shalat). Akan tetapi mengucapkan salam kepada orang yang berada tepat tatkala ia masuk dan tatkala ia berada di mimbar itu lebih di kuatkan (diharuskan). Dan tidak disunahkan bagi si khatib melakukan shalat tahiyatul masjid apabila dia berkehendak menuju ke mimbar tatkala dia masuk, apabila tidak, maka disunahkan baginya shalat tahiyatul masjid tersebut. Dan dia harus mengucapkan salam lagi tatkala dia menghadap kepada orang-orang yang hadir setelah dia naik ke tangga yang mendekati tempat istirahat, karena dia membelakangi mereka tatkala dia naik, maka seakan-akan dia memisahi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar