Sabtu, 17 Maret 2012

Rahasia alloh atas si kaya dan si miskin.

Rahasia Allah atas si Kaya dan si Miskin (Tafsir QS. Asy-Syura 19-28)

Perjalanan hidup adalah skenariotakdir, sulit diikuti, sukar pula untuk kita jelajahi episode episode berikutnya. Menapaki satu persatu tangga takdir tidaksemudah memainkan alat musik yang dapat dengan mudahkita intuisikan dengan setiap ritme kegemaran.
Sangat manusiawi dalam hidup menginginkan selalu berkecukupan, namun tentunya harus direnungkan, keinginan adalah ritme manusia bukan ritmepenciptanya. Lalu di mana letak rahasia itu tersimpan ?
Marilah kita rekam sekaligus kitarenungkan hikmah dan renunganas-Syuu ra sebagai paket spesial al-Qur’an dalam memahami makna dan artikulasi antara hamba berizqi dan berkekurangan.
Allah berfirman dalam ayat ke 19:
اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ (19)
“Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya ; Dia memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dialah YangMaha Kuat lagi Maha Perkasa. (19)”
Dalam pandangan Ja’far bin Muhammad bin Aly bin Husain, Allah bersikap lembut terhadap makhluqnya dalam pemberian rizqidapat ditinjau dari dua arah. Pertama , Allah memilihkan rizqi untuk hamba hambanya darihal hal yang baik. Kedua , rizqi tidak diberikan dalam satu tempo sekaligus, akan tetapi dianugerahkan dengan jalan bertahap. Sehingga dengan itu makhluq tidak akan menyia nyiakan ( tabdzir) pada rizqi yangtelah diberikan.
Allah menganugerahkan rizqi kepada siapapun yang dikehendaki Nya. Terkadang melebihkan rizqi seseorang dari pada orang lain. Ini bukan berartibentuk ketidak adilan ataukedzaliman. Hikmah yang dapat dipetik dari ini adalah keseimbangan kehidupan yang berlangsung di muka bumi. Perbedaan dalam pendapatan rizki akan dapat menciptakan kondisi saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Yang merasa kaya akan membutuhkan tenaga seseorangdalam mengelola harta bendanya.Sebali knya, yang berkekuranganak an dapat menyumbangkan tenaganya demi hajat mereka atas harta si kaya.
Di sisi lain dapat pula kita fahami,bahwa kekayaan dan kefakiran adalah bentuk cobaan. Bagaimana si kaya bersikap kepada yang fakir dan apa sikapyang ditampakkan si fakir terhadap yang kaya. Kemudian akan dapat dilihat seberapa besar kesabaran mereka dalam menanggung cobaannya masing masing.
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَالدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ(20)
“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kamitambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di duniaKami berikan kepadanya sebagiandari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun diakhirat. (20)”
Sebagaimana diungkapkan Al Qusyairi, ayat ini adalah sebuah peringatan bagi setiap manusia agar tidak terbujuk oleh kehidupan dunia seperti yang telah terjadi pada orang orang kafir.
Imam Qatadah menyampaikan pemahaman menarik mengenai ayat ini. Beliau mengatakan, padahakekatnya Allah akan tetap selalu memberikan apapun yang manusia inginkan dari kepentingan dunia selama orientasi hidupnya tetap dalam bingkai kepentingan akhirat. Dansebaliknya, manusia hanya akan mendapatkan jatah duniawi belaka tatkala orientasi hidupnyahanyalah untuk urusandunia. Allahtelah berjanji, selamaseorang hamba masih teguh memperjuangkan amal-amal akhirat, Dia akan selalu menambahkan pahala demi pahala, sekaligus menjamin porsi rizki yang tertulis untuknya. Sedangkan bagi mereka yang melalaikan akhirat, sibuk memakmurkan dunia, maka hanyapenantian siksa yang akan menjadi jatahnya kelak dania puntidak kuasa mendapatkanlebi h kecuali atas porsi rizki dunianya.
Tujuan final dari amal dan perilaku kita atas dunia adalah akhirat. Segala bentuk tindakan yang terarahkan pada tujuan ini,sekalipun bernafaskan duniawi,Allah menjajikan kelipatan pahalaperbuatan nya tanpa mengenyampingka n kepentingan dunianya. Namum manakala tujuanini telah berbalik arah, menempatkan dunia sebagai tempat tujuannya, maka siksa yang telah diancamkan Alloh akanmenanti. Sebagaimana ancaman Allah terhadap orang orang kafir Makkah yang telah menuruti tuntunan dan bisikan teman sekutunya (syaitan). Seperti yangtertuang dalam ayat berikut.
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (21) تَرَى الظَّالِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا كَسَبُوا وَهُوَ وَاقِعٌبِهِمْ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فِي رَوْضَاتِ الْجَنَّاتِ لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ (22)
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembah an selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak adaketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulahmereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yangzalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih (21) Kamu lihat orang-orang yang zalim sangat ketakutan karena kejahatan-kejah atan yang telah mereka kerjakan, sedang siksaanmenimpa mereka. Dan orang-orang yang saleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. Yang demikian itu adalahkarunia yang besar(22).”
Perjuangan menanamkan kasih sayang nampak disinggung bagi Nabi. Allah juga menyerukan kepada Nabi untuk meminta kaumQuraysh menghentikan segala permusuhan dan hidup dalam kebersamaan. Dan sebagaicontoh langsung bentuk amal yang berorientasikan akhirat murni, Alloh menyerukan kepada Rosululloh untuk tidak menuntut imbalan atas usahanya dalam menyampaikan risalah.
Allah telah menjanjikan “karunia yang besar”, dan bukan itu saja,dijanjikan pula pahala yang besarbagi mereka yang mau beramal kebaikan dengan kelipatan pahala di akhirat. Sedangkan bagi mereka yang tetap asyik dengan kekafirannya,telah diperingatkan akan adanya siksayang teramat pedih. Kecuali bagi mereka yang mau bertaubatdanmenghentikan segala bentuk pembangkangan terhadap Allah, penyesalan dan taubat mereka tidak akan pernah disia siakan Alloh. Hal ini bisa kita simak dalamayat selanjutnya :
ذَلِكَ الَّذِي يُبَشِّرُ اللَّهُ عِبَادَهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِقُلْ لَاأَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى وَمَنْ يَقْتَرِفْحَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ (23) أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًافَإِنْ يَشَأِ اللَّهُ يَخْتِمْ عَلَى قَلْبِكَ وَيَمْحُ اللَّهُ الْبَاطِلَ وَيُحِقُّالْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (24) وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ (25) وَيَسْتَجِيبُ الَّذِينَ ءَامَنُواوَعَمِ لُوا الصَّالِحَاتِ وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَالْكَافِرُونَ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ (26)
“Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang berimandan mengerjakan amal saleh. Katakanlah: “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atasseruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan”. Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri(23) Bahkan mereka mengatakan: “Dia (Muhammad) telah mengada-adakan dusta terhadap Allah”. Maka jika Allah menghendaki niscaya Dia mengunci mati hatimu; dan Allah menghapuskan yang batil dan membenarkan yang hak dengan kalimat-kalimat -Nya (Al Qur’an). Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati (24) Dan Dialah yang menerima taubatdari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesal ahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan (25) dan Diamemperkenank an (do`a) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh danmenambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang sangat keras”(26).
Memantapkan nilai hikmah yang terkandung dalam beberapa ayatdi atas, Allah juga berfirman dalam ayat ke 27 :
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌبَصِيرٌ (27)
“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampauibatas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat”.
Dengan hikmah dari ayat ini, sekarang dapat kita rasakan betapa Allah adalah Sang Maha Pengatur yang tidak ada duanya.Ritme kehidupan terasa begitu indah kita jalani. Mungkin perasaan kita bertanya-tanya, dimana letak kekeliruan manusiadalam tindakan yang melampaui batas ketika mereka dianugerahinikm at harta yang sepadan ?.
Para mufassir telah menelaah halini dalam beberapa sudut pandang rasional.
Pertama, andai saja terjadi semua manusia memiliki kelapangan rizki sepadan, niscayatidak ada lagi istilah membutuhkan maupun dibutuhkan, yang artinya tidak akan ada interaksi. Interaksi adalah keseimbangan, sehingga musnahnya interaksi adalah terganggunya keseimbangan kehidupan dan kemaslahatan.
Kedua, spesifikasi ayat ini adalah untuk bangsa Arab, dimana ketika mereka semua diberikan nikmat rejeki yang sama, denganair hujan mereka sudah mendapatkan kesegaran, dari tumbuh-tumbuhan mereka sudahbisa menghilangkan rasa lapar dan dari segala apa yang ada semua menjadi surga, maka niscaya sehari-harinya mereka hanya akan menjadi penjahat danperompak yang menjarah kekayaan orang lain.
Ketiga, selain kedua hal di atas, manusia memiliki tabiat asli yang berupa kesombongan dalam dirinya. Sehingga ketika manusia merasakan nikmat kaya raya dengan harta yang melimpah ruah, niscaya mereka akan kembali pada tabiat aslinya, menjadi penyombong. Sedangkanketika berada pada posisi kesulitan, tertimpa bencanadan kesedihan mendalam dengan serta merta mereka akan bersikap tawadlu ‘ dan taat.
Ibn Abbas mengatakan, manusia dikatakan melampaui batas karena mereka akan selalu memburu kedudukan yang lain setelah memperoleh kedudukan yang ia raih, bersaing mendapatkan kendaraan, setelahkendaraan yang lain ia dapatkan dan berlomba busana setelah ia miliki busana mewah yang lain.
Sebuah maqalah mungkin akan menyadarkan kita; “Andai saja manusia diberikan sesuatu yang banyak niscaya ia meminta yang terbanyak dan andaikan dia telahkuasai dua tambang emas ia akanmelakukan apapun untukmendapatka n tambang yang ketiga”.
Kesempitan dalam rizki bukanlah suatu kehinaan, dan kelapangan dalam rizki bukanlah suatu keutamaan. Segala apa pun yangdiperbuat Alloh akan selalu dalambingkai “maslahat”, meskipun itu bukan suatu keharusan bagi Nya.Allah maha tahu atas apa yang terbaik dan yang dibutuhkan hambanya. Seorang mu’min dianugerahi kelapangan rizki, karena Allah tahu bahwa itu yang terbaik untuknya. Andai saja ia diberi kesulitan dalam hal rizki, mungkin justru ia akan berbuat kerusakan. Dan seorangmu’min dianugerahi kesempitan dalam rizki, karena Allah pun tahu bahwa itu yang terbaik untuknya.Andai saja ia diberi kelapangan rizki, mungkin justru ia akan berbuat kerusakan. Menyesatkandirinya sendiri dan melalaikan tugasnya sebagai hamba Allah.
Menurut sebagian tafsiran, ayat di atas terkait dengan pemahaman ayat ke 28, di mana Allah berfirman :
وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ (28)
“Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji “.
Maksudnya, seandainya Allah memberikan limpahan rizki berupahujan yang terus menerus mengguyur muka bumi, niscaya manusia tidak akan mengangkat kedua tangannya untuk memohonkepada Allah. Sehingga dapat kitalihat, adakalanya manusia menengadahkan kedua tangannya dengan bersimpuh dandi lain waktu mereka membuka kedua tangannya untuk bersyukur. Hingga kemudian Allah menegaskan dalam ayat ke 28 bahwa hujan maupun kekeringan di bumi adalah hikmah ketuhanan,dimana Allah menunjukkan kekuasaanNya setelah semua makhluk tidak mampu berbicara dan berputus asa untuk mendatangkan setetes air penyejuk bumi. Allah pun menyebarkan rahmat yang menurut sebagian tafsiran berupa berkah dan manfaat air hujan yang bisa kita saksikan dengan jelas di julangan gunung, jurang, tumbuh-tumbuhan dan makhluk bumi lainnya. Sungguh besar kekuasaan Allah, Tuhan semesta alam…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar